Saturday, March 29, 2008

My students are doctors

(For English speaking I wrote in “blue” color)

A few months ago I got new class from English Center. It was amazing since my students are husband and wife which both of them are doctors.

Ada kebahagian tersendiri untukku karena aku mendapatkan kesemapatan yang langka. Mengajar dua orang dokter spesialis. Pak Laqif seorang dokter kandungan di RSUD di Solo dan Bu Lina seorang dokter kulit dan estetika di sebuah rumah sakit swasta di Solo.

Karena mereka berdua suka bercanda jadi situasi belajar jadi lebih fun. Mereka berdua sangat unik dan kompak. Pandagan mereka terhadap hidup ternyata berbeda dari dokter-dokter yang pernah kukenal.

They are good doctors, I knew it from their opinion and their life in take cares the patient.
I learn more about illness, cure, medicine and regulation in medical areas.

Dari topik yang kami diskusikan di dalam situasi belajar aku jadi dapat mengenal keseharian mereka. Kami memang mengikuti materi pembelajaran yang di buku panduan untuk belajar tapi juga aku sesuaikan dengan profesi mereka.
Aku juga membagikan pengalamanku tentang keadaan di Negara lain yang aku ketahui melalui pertemananku di Multiply ini.

As doctors they always save the time for their family, they care about their children. They save the time to help their children to do their homework. They go to Yogyakarta twice a month. What a happy family. They love to have meal at home since their helper also a good cook.

They have ideas that their professions not for business.

Hal ini aku ketahui saat aku melontarkan ideku untuk membuka sebuah klinik kecantikan dan spa yang melayani untuk wanita hamil dan pasca kehamilan karena di Solo belum ada.
Mereka menceritakan sebuah klinik “B” yang sempat mendapat teguran dari IDI. Mereka cerita tentang etika kedokteran yang selama ini aku belum tahu. Etika tentang pembuatan papan nama kenapa harus papan putih dan tulisan hitam dan tidak boleh pakai lampu untuk menunjukkan tempat praktek dan tidak membuat iklan di kolom bisnis tentang prektek mereka.
Bu Lina juga menceritakan tentang pasien yang sering termakan iklan agar lebih putih atau meminta perawatan yang sebenarnya ga perlu.

Bu Lina  :   Saya lebih suka merawat pasien yang terkena gatal dibanding yang minta perawatan    wajah.
Stefy     :   Lho, kenapa bu? Khan untuk urusan kecantikan orang mau keluar uang banyak dan                   akhir akhir ini itu khan baru trend dan jadi lahan bisnis yang bagus.
Bu Lina  :   Masalahnya mereka itu sering rewel minta ini itu yang sebenarnya ga perlu, untuk        kasus A” misalnya sebenarnya perawatan yang tepat bukan pakai laser tapi paka     cream saja sudah cukup dan kalo untuk kulit seperti mbak Stefy yang tidak   bermasalah pakai sabun mandi merek “X” atau sabun bayi saja aga apa koq dan cukup pakai tabir surya dan krim AHA saja. Saya tidak menganjurkan pasien saya beli            ini itu satu paket, saya malah pernah waktu diminta pasien mau beli paket saya          bilang: “maaf bu ini bukan bisnis”, saya juga pernah ditelpon pasien ditanya punya    alat ini atau itu ga trus saya bilang: “lha masalah kulit ibu itu apa?”

Menggelikan memang, bahwa banyak orang melakukan perawatan yang ingin cepat mendapatkan hasilnya. Dan pasien semacam ini yang ditolak Bu Lina, dia sangat hati-hati dalam memberikan dosis obat pada pasien dan adalah tidak baik memaksa kulit kita beregenerasi dalam waktu yang sangat singkat.
Secara alami khan dia beregenarasi setiap 28 hari sekali sepertinya halnya siklus menstruasi wanita pada umumnya. Aku tahu hal ini sudah sejak lama jadi ga mempan kena iklan dan kalo mau facial-pun ya sesudah pasca menstruasi. Karena saat itu terjadi regenerasi sel dalam tubuh kita. Sepertinya para wanita harus mempunya edukasi tentang merawat kulit dengan lebih baik dan tidak semata mata karena trend di masyarakat tanpa menyadari bahayanya. Tidak semua produk kecantikan mencantumkan seluruh komposisi dari produknya, jadi kita harus waspada dengan hal ini.

Pak Laqif juga menceritakan tentang keprihatinanya tentang kondisi kedoteran saat ini. Kadang sebagai dokter ada individu yang tidak berperilaku sebagaimana mestinya. Saat aku cerita tentang pengalaman temen MP (Mbak Sri Sariningdyah) yang sempat mendapat pengalaman di UGD di sebuah rumah sakit di Jakarta, Pak Laqif juga mendapat pengalaman yang mirip saat dia tugas di Kalimantan. Dia menolong korban kecelakaan lalu lintas dan membawanya ke sebuah RS dan ternyata waktu di UGD sang dokter malah ga tahu harus bagaimana sehingga akhirnya sebagai dokter dia langsung mengambil inisiatif untuk menyelamatkan sang pasien. Dia lalu menemui sang Kepala RS ini (kebetulan pak Laqif mengenal beliau) untuk menceritakan kejadian tersebut dan dia menyarankan untuk menempatkan dokter yang sudah mempunyai sertifikasi untuk menangani UGD. Ternyata memang ga semua dokter punya keahlian seperti ini, sertifikasi pelayanan untuk keadaan emergency pun belum dimiliki setiap dokter.

Prinsip yang utama sebenarnya adalah menyelamatkan jiwa pasien dulu bukan administrasinya. Semoga di Indonesia pelayanan kesehatannya jadi semakin baiklah.
Amin………………..

Sebagai dokter kandungan Pak Laqif sering memotivasi pasiennya untuk melahirkan secara normal dan memberikan ASI. Dia menekankan betapa pentingnya ASI karena tak da susu paling mahal sekalipun  yang sebaik ASI jadi dia juga menerapkan inisiasi dini bagi bayi yang baru lahir. Baginya seorang ibu harus melahirkan sealamiah mungkin. Dia memberikan pandangan pada pasien untuk tidak mengikuti trend operasi Cesar.

Aku tidak mempunyai pengalaman inisiasi dini waktu melahirkan Arka, malah aku melihat Arka saja keesokan harinya. Saat melahirkan Arka aku cuma melihat kakinya saja waktu diangkat suster sampai kau harus tanya: Dok, anak saya laki-laki atau perempuan? Sebenarnya setelah melahirkan aku ingin langsung melihat seperti apa wajah anakku tapi sayang “cara” RS  berbeda.

What amazing experience teaching two specialist doctors. I got may information without going to the doctors and I got free suggestions ha ha ha ha ha ha…………..
They hope still to keep contact with me even now I am not their teacher anymore since their class finish and also I got new job in Klaten. They want to invite me to have lunch or dinner one day to have discus about my idea also to be their partner in speaking English. That’s ok for me since it will widen my knowledge also.

Have great job docs……………

1 comment: